Pasca pertemuan pedagang dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan pada Tanggal 28 April 2009 untuk menyuarakan aspirasinya dan kemudian di jawab dengan statement walikota bahwa tidak akan di pindahkan. akhirnya pedagang bisa bernafas legah dan kembali melanjutkan aktifitas sebagaimana mestinya dengan penuh rasa sukur dan kebahagian. kondisi ini terus berlangsung sampai pada malam 29 Maret 2010. 11 bulan semejak mereka menyambangi pemimpin mereka di rumah meraka semua. Ketenangan para pedagang di guncang prahara yang tidak pernah mereka bayangkan akan terjadi dalam hidup mereka, segala sesuatunya habis dalam hitungan jam tanpa menyisahkan sedikitpun untuk mereka. ya.... si jago merah pada malam itu melahap seluruh isi pasar tanpa ampun, tanpa tau kalau di sana kehidupan ratusan orang di gantungkan dan menjadi nadi pemompa perekonomian Kota Tidore Kepulauan. tempat masyarakat Tidore menggantung harapan mereka.
Siangnya, Pasar Sarimalaha Tidore di banjiri manusia dari seluruh penjuru Tidore. mereka datang bukan untuk meramaikan pasar dengan transaksi jual beli, tapi datang untuk turut menyaksikan trauma yang di alami oleh pedagang pasar yang seperti kehilangan nyawa dalam hidupnya. berbagai ungkapan dari ribuan mulut membanjiri suasana berkabung pasar Sarimalaha, ada yang bertanya-tanya tentang penyebab kebakaran, ada yang mengungkap simpatinya. semuanya tumpah mengharu biru dalam puing-puing pasar sarimalaha yang masih menyisahkan asap bekas kebakaran. dari geliat ribuan manusia yang menjubeli area di sekitar Pasar Sarimalah, terdapat puluhan anak Muda Tidore yang terpanggil nuraninya untuk turut mersakan derita pedagang bergeliat lincah di antara sisa-sisa kebakarn pasar untuk membantu apa yang bisa mereka bantu, dan berbuat apa yang mereka bisa perbuat. inilah mahasiswa universitas Nuku dan Stimik Tidore Mandiri yang rela meninggalkan bangku kuliah dan buku mereka untuk turut berbaur dengan pedagang agar menjadi tempat membagi derita yang mereka alami. kawan-kawan dari dua kampus di Tidore yang tergabung dalam or-eks HMI Cabang persiapan Tidore bergeliat di bagian depan pasar sarimalaha untuk menggalang dana untuk disumbangkan pada pedagang. smentara mahasiswa Nuku dan Stimk yang tergabung dengan Or-eks PMII bergeliat di dalam keramaian pedagang yang trauma dan para pengunjung, ada yang setia mendengar jerit hati pedagang yang hampir tidak bisa mereka tumpahkan, dan memberikan suport moral kepada pedagang yang sedang trauma, ada yang bergeliat ikut mengangkat ini dan itu untuk di simpan dan atau di tata agar bisa lebih aman dari tangan-tangan jahil yang masih sempat-sempatnya menjarah barang dagangan pedagang yang mengalami kesusahan luar biasa. ada juga yang dengan setia mendengar berbagai spekulasi yang bermunculan dari kerumunan manusia tentang penyebab terjadinya kebakaran untuk di catat di dalam memorinya. di anatara mereka yang bergeliat membantu para pedagang itulah, aku sibuk di dalamnya. sesekali aku tampak serius mendengar spekulasi tentang penyebab kebakaran, sambil sesekali melempar argumenku. dari cerita-cerita yang mengalir deras dari mulut-mulut yang sudah bosan mengeluh, ada satu cerita yang menghentak kesadaranku akan peristiwa sebelas bulan yang lalu. sebab dari sekian cerita yang berseliweran mengisi gendang telingan ku, seorang pedagang dengan nada suara yang agak emosional mengatakan bahwa pada saat malam saat peristiwa pilu itu terjadi, ada pengemuman yang di sampaikan melalui corong mobil Humas pemda tikep yang isinya mengatakan agar pedagang agar pada malam itu juga segera pindah ke PPI Goto. kenapa harus malam itu, apakah sudah tidak ada waku yang lain....????. sorenya aku mencoba mencari benang merah antara peristiwa malam itu dengan peristiwa 11 bulan yang lalu, samar tegambar di kepala ku bahwa, dari sekian berita yang sering ku konsumsi melalui media, ada kemiripan yang terjadi antara peristiwa ini dengan peristiwa yang sama yang terjadi di banyak tempat. ketika pasar mau di pindahkan dan ada reaksi atas rencana ini, tiba-tiba pasarnya terbakar. namun aku kemudian mengehentak sadarku dari lamunan dan spekulasi yang muncul di kepalaku akan penyebab kebakarn itu, sebab aku sadar bahwa aku tidak punya bukti untuk membenarkan argumen ini. dan aku sadar satu hal bahwa ada pihak yang lebih berwenang dalam mengungkap kebenaran ini. yaitu pihak kepolisian melalu laboratorim forensiknya. olehnya itu, aku kemudian menganalisa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi yang akan terangkai dengan peristiwa ini.
Sebelum jauh bercerita, mungkin saya akan menggambarkan kondisi fisik pasar sarimalaha agar bisa mempermudah kita untuk menganalisanya. pasar Sarimalaha terdiri atas empat bagian yang saling terpisan antara satu dengan yang lainnya. yang pertama adalah induk pasar yang tepat berada di tengah-tengah pasar yang merupakan pusat dari pasar sarimalaha, yang luasnya ± 3 hektar . di sebelah selatannya terdapat terminal yang luasnya ± 1 hektar. selanjutnya adalah pasar baru yang berada di sebelah selatan pasar induk yang berjarak ± 100 meter, dengan luas ± 2 hektar. yang terakhir adalah pasar ikan yang berada di bagian timur pasar induk dengan jarak ± 50 meter, dengan luas ± 2 hektar. di antara pasar ikan dan pasar induk terdapat ruko yang baru di bangun pada tahun 2006 dan mulai di tempati pada tahun 2008. untuk mempermudah, lihat denah berikut :
Nah, pasar induk yang di tandai dengan warna merah di ataslah yang merupakan pasar yang mengalami kebakarn hebat pada malam 29 Maret 2010. pasar induk pasar sarimalaha adalah pasar yang berisikan ratusan pedagang dengan berbagai jenis dagangannya dan berasal dari berbagai komunitas masyarakat di Kota Tidore Kepulauan. hampir semua jenis dagangan di jajakkan di sini. sementara pasar baru terdiri los-los yang terdiri atas kios-kios kecil dan besar namun hanya menjual beberapa jenis dagangan, sehingga pasar ini tidak se ramai pasar pasar Induk. dan pasar ikan yang berada di sebelah timur pasar induk selain di tempati pedagang ikan, juga di tempati sebagian kecil pedagang barito.
Sehari Pasca peristiwa kebakaran
Sehari pasca peristiwa kebakarn, para pedagang kembali bersemangat untuk kembali menata kehidupan mereka. namun kelompok pedagang terbagi menjadi 2 bagian. ada sebagian pedagang yang terpengaruh dengan seruan agar mereka segera pindah ke PPI Goto dan ada sebagian pedagang yang tetap bertahan di Pasar Sarimalaha untuk mengais rejeki menambal nafas kehidupan mereka yang telah koyak oleh api. para pedagang yang memilih untuk dalam sememnatara waktu mengungsi ke PPI Goto mulai berbagi tempat berdagang mereka. persoalan baru terjadi, ada sebagian orang yang tidak pernah sama sekali terdata sebagai pedagang di Pasar Sarimalaha telah mengkapling tempat-tempat yang di anggap strategis sebagai tempat berdagangnya, dalam hal ini tempat berdagang dengan posisi paling depan. sehingga para pedagang korban kebakaran yang sementara waktu mengungsi ke PPI ada sebagian yang terlempar ke sudut-sudut PPI dan menerima nasib kalau dagangannya kurang di datangi pembeli. pedagang yang merasa di rugikan ini akhirnya menggugat persoalan ini ke UPTD Pasar, bahkan terjadi perdebatan antara pedagang dan sekelompok orang tadi. sementara para pedagang yang mengungsi ke PPI Goto berdebat mengenai tempat. para pedagang yang memilih tetap berdagang di Pasar Sarimalaha membangun kembali usaha mereka secara swadaya dengan memanfaat energi yang tersisa untuk mengais rejeki. dengan berbekal modal seadanya, mereka membeli kebutuhan pembuatan tenda untuk membangun tenda sementara tempat mereka berdagang. dan mulailah membangun tenda untuk bisa memberikan keteduha di kala panas dan melindungi dari siraman air hujan.
Catatn akan di lanjutkan ke Part III............
Dari catatan Ahmad A. Jawa Konora
Ketua I Bidang Kaderisasi PMII Cabang Tidore
Tidak ada komentar:
Posting Komentar